Summer In Love
Ah.
Rasanya tak ada seharipun yang Yuki lewatkan dengan mengumbar seutas senyum dan tawa. Remaja sekolah
menengah Horikoshi Gakuen itu seakan tak pernah berhenti menyesakkan harinya
dengan senyuman. Rasanya tak heran kalau Yuki memiliki sejuta pesona yang
mungkin bisa menarik hati para pelajar pria di sekolahnya ketika Yuki
melemparkan senyum.
Juro,
begitu pun Etsu. Mungkin telah lama dua sahabat itu menjadi segelintir
penggemar rahasia Yuki. Namun berbeda dengan
Etsu yang sudah mampu menanggalkan bayangan Yuki yang selalu selalu
menghampirinya semenjak ia satu sekolah dengan Yuki. Etsu adalah tipikal orang
yang cuek dan berusaha mencampakkan apa yang ia rasakan kepada Yuki. Tapi Juro,
dia bertahan dengan apa yang dia cintai selama ini. Mungkin karena ikatan
persahabatan. Etsu tak ingin menghancurkannya karena sesosok wanita. Terlalu
berharga untuk Etsu sebuah persahabatan di bandingkan dengan wanita manis yang
selalu siap menggoda bayangnya. Kini Etsu telah menaruh perhatiannya kepada
seorang gadis periang lainnya. Tak lain adalah Fujita.
Dibalik
keriangannya, Yuki sebenarnya begitu dingin ketika dihadapkan dengan lawan
jenisnya. Tipikal yang sering dianggap sinis oleh para pelajar pria.
Tentunya setelah mereka tahu tentang
Yuki lebih dalam. Mungkin Juro adalah sosok yang konsisten. Meski ia tahu
betapapun dinginnya Yuki ketika berhadapan dengannya. Juro tetap bersikukuh
mencintainya tanpa mengurangi intensitasnya.
‘’Fuji!’’, suara keras
mendenging menghentikan langkahnya di lorong sekolah.
‘’Miura? Ada apa?’’,
jawab Fujita setengah heran.
Dengan sedikit
terengah-engah Miura memulai pembicaraan dengan Fujita. Mereka adalah teman
yang selalu bersama Yuki semenjak kecil.
‘’Juro...’’, Miura
berkata setengah jalan. Membuat Fujita heran.
Mungkin
karena kaget. Fujita setengah membelalak mendengar pernyataan Miura. Senekat
itukah Juro untuk menyatakan cinta kepada Yuki di lapangan basket di sekolah?
Fikirnya. Tanpa aba-aba mereka berlari menuju kerumunan di tengah lapangan
basket. Dilihatnya Yuki yang sedang berkaca-kaca dan tampak menutupi mulutnya
seperti ingin mengeluarkan sesuatu yang mengoyak di perutnya.
‘’ya ampun! Mimpi
buruk. masih sempat dia mual di depan orang banyak’’, celetuk Miura melihat
kebiasaan buruk Yuki kalau bertemu Juro.
Juro
dengan tampang coolnya dilengkapi
baju basket dan bola ditangannya serta keringat yang bercucuran di dahi dan
tubuhnya membuat Fuji dan Miura terpana sekejap. Cepat-cepat mereka mendekati
Yuki yang sedang bertatapan langsung dihadapan Juro. Sebenarnya kehadiran
mereka bisa dibilang terlambat beberapa sesi. Tak sempat mereka lihat betapa coolnya Juro ketika menyatakan cinta.
Yang akan mereka saksikan adalah bagaimana Yuki menjawab segelintir kata manis
dari mulut Juro.
‘’nggak’’,Yuki menggelengkan kepala dengan sedikit keraguan yang
tersirat di wajahnya.
Tak pernah Juro sangka.
Ia akan mendapat penolakan sepahit ini. Bagai petir yang menyambar di siang
bolong. Hatinya terluka seketika.
‘’hmm.. tak apa Yuki’’,
timpalnya sedikit kikuk.
Fujita
dan Miura hanya bisa bertatapan satu-sama lain. Tak membutuhkan waktu banyak,
kerumunan itupun mulai lenyap seiring langkah Juro yang semakin menjauh
menampakkan punggungnya dari hadapan Yuki, dan menyisakan kedua sahabatnya.
Waktu panjang yang telah menyatukan mereka bertiga. Mungkin karena itulah
Fujita dan Miura tak sedikitpun berkomentar tentang apa yang barusan Yuki
lakukan kepada Juro. Mereka seolah sangat mengerti apa alasan Yuki untuk
melakukan ini semua.
‘’walaupun aku
menyukainya, namun belum banyak’’, suara Yuki memecah keheningan di lapangan
basket itu.
‘’kenapa kau menolaknya
mentah-mentah?’’, serempak mereka bertanya.
‘’ aku hanya ingin tahu
seberapa besar cinta yang ia punya’’, ucapan Yuki membuat kedua sahabatnya tak
berkata lagi. Senyuman Fujita dan Miura tersungging jahil menanggapinya.
Di
balik kehancuran hatinya. Juro wa Juro no
mama (Juro tetaplah Juro). Seorang yang konsisten akan apa yang ia lakukan.
Namun sering kali karena kekonsistenannya itu membuatnya terlihat sedikit
egois. Ternyata di kejauhan Etsu melihat penolakan yang di lakukan Yuki
terhadap sahabatnya. Ditepuknya punggung Juro yang masih bercucuran keringat
itu setelah keluar dari area lapangan.
‘’hey sob! Sudahlah,
jangan terlarut dalam kesedihan, Yuki bukan berarti tak menyukaimu’’, Etsu
menenangkan seolah mengerti apa yang Yuki inginkan.
Setegar dan sekonsisten apapun Juro, ia
tetaplah manusia. Pastilah penolakan itu membuatnya sedih saat ini, namun tidak
untuk selanjutnya.
Di
hari Holliday in Summer, Fuji, Miura, dan Yuki berencana berlibur ke
pantai Nishi di pulau Heteruma untuk sekedar hangout selama empat hari. Dalam benak mereka, cukuplah empat hari
yang akan mereka habiskan di sana untuk membalas kepenatan dari keseharian
mereka sebagai pelajar dan akan menjadi hari yang menyenangkan.
Hingga
tiba pada waktunya. Gelak tawa dan siratan senyum dari tiga sekawan itu terulas
di bibir pantai Nishi. Tepatnya seperti yang telah mereka bayangkan sebelumnya.
Apalah artinya kehadiran seorang Juro di tengah-tengah liburan Fuji dan Miura.
Tapi kehadiran Juro cukup membuat Yuki resah. Tak pernah Yuki banyangkan
sebelumnya jika harus menghabiskan waktu berliburnya dengan kehadiran Juro di
dekatnya.
‘’kenapa dia harus
mengambil tempat untuk menghabiskan Holliday
In Summer di tempat yang sama?’’, Yuki berucap resah dalam hati.
‘’sudahlah jalani saja, lagi pula dia tak akan
terus mengikutimu seperti kage
(bayangan) dirimu sendiri’’, Fuji nyeletuk seakan dia tahu apa yang ada di
dalam hati Yuki. Begitu menggelegar suara tawa Miura memecah keseriusan
suasana, disusul dengan tawa Fujita.
‘’ yaaah.. kumat lagi
deh’’, celetuk Miura melihat Yuki menjauh menuju rumah penginapan yang letaknya
tak jauh dari bibir pantai itu. Mereka bisa memaklumi sikap Yuki, memang
mengasingkan dirilah yang sering menjadi pelarian Yuki ketika mendapati hatinya
tersinggung atau semacamnya.
‘’gara-gara kamu sih’’,
Fujita menuduh Miura dengan sisa tawa. Mungkin karena mereka geli akan semua
rencana yang telah mereka susun untuk Yuki dan Juro bersama Etsu.
‘’sepertinya semua akan
berjalan lancar’’, suara Etsu mengagetkan Fuji dan Miura.
‘’ah kau ini
mengagetkan saja!’’ tukas Fujita gemas.
Dengan
muka kesal, Yuki membuka pintu sedikit kasar. Matanya segera terbelalak dan
dengan spontan mulutnya ia dekap kuat-kuat dengan kedua telapak tangannya. Mual
lagi. Seperti itulah Yuki kalau bertatapan dengan Juro. Bukan jijik atau
semacamnya. Tapi jantung Yuki yang berdegup seolah ingin keluar itulah yang
membuat Yuki merasakan mual yang belebih. Cepat-cepat ia banting pintu geser
kamarnya itu. Tak tanggung-tanggung, didapatinya Juro yang sedang duduk di
dalam kamarnya dengan setangkai bunga di tangan kanannya.
Masih
berdiri di depan pintu dengan mimik yang jelas tergurat kaget. Geretan pintu
kamar beriringan dengan membukanya pintu itu. Ya. Juro yang tepat dihadapannya
sekarang.
‘’ayolah masuk’’, Juro
mempersilahkan Yuki duduk layaknya puteri kaisar Jepang dengan senyum maut yang
ia lengkungkan untuk menyambut Yuki.
Masih
bergeming. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Yuki yang sedang duduk
bersebelahan dengan Juro di antara hidangan-hidangan khas Jepang di musin panas
juga setangkai bunga dan saling menatap. Walaupun mulutnya masih terbekap kedua
tangan. Kali ini benar-benar membuat Yuki tak bisa menahan lagi. Perlahan mata
Juro turun ke lengan baju putih panjang yang ia kenakan saat itu. Juro tak
tahan melihat apa yang menempel di lengan bajunya, tapi berusaha untuk tetap
menyunggingkan senyum mautnya kepada Yuki. Namun senyumya tampak aneh ketika
itu.
‘’maaf. Maaf Juro aku
benar-benar tak sengaja’’, Yuki begitu paniknya melihat apa yang terjadi.
Kata
maaf dari Yuki seolah menjadi penawar rasa jijik terhadap isi perut yang Yuki
keluarkan tepat di lengan baju putihnya itu. Secepat kilat senyuman maut itu
terulas di wajahnya. Jantung Yuki tak bisa berhenti berpacu dengan kencangnya
dan membuatnya semakin mual. Kali ini celana jeans yang Juro kenakan pun ikut
berceceran isi perut Yuki.
Ternyata,
Fuji, Miura, dan Etsu sedari tadi menguntit di balik pintu geser. Melihat itu
mereka bertiga segera berhamburan menuju Yuki dan Juro. Etsu menyibukkan
dirinya untuk mengajak Juro membersihkan dirinya. Begitupun Fuji dan Miura
sibuk mengomel-ngomeli Yuki dengan kebiasaan buruknya yang keluar di saat tidak
tepat.
‘’haduuuh.. kenapa
kebiasaanmu kumat di saat yang nggak tepat sih?’’, Miura meracau sejadinya
menggambarkan kegemasannya karena rencana yang telah mereka susun berjalan di
luar skenario.
‘’maaf. Kali ini aku
bener-bener gak bisa menahannya’’, ucap Yuki penuh sesal.
Setelah keadaan menjadi
lebih baik, Yuki tak bisa begitu saja
bersikap dingin seperti biasanya kepada Juro, mengingat apa yang baru saja Yuki
lakukan.
‘’maaf ya Juro.. aku
benar-benar gak sengaja’’, tak seperti biasanya, kali ini Yuki yang mulai
membuka pembicaraan. Mendapat sinyal positif yang diberikan Yuki kepada Juro,
seakan menambah keberanian Juro untuk kembali mengucapkan hal serupa beberapa
hari lalu di lapangan basket sekolah.Yuki melihat apa yang tertata rapi di
meja.
‘’Sashimi!’’, begitu
senangnya Yuki melihat hidangan khas Jepang yang selalu bisa mengundang selera
makannya hingga membuatnya berteriak di dalam hati. Lehernya seolah bergerak
menelan sesuatu. Juro pasti bisa menebaknya.
‘’aha! Kamu tertarik
dengan Sashiminya ya?’’, tanya Juro menggoda.
‘’tapi aku mohon kamu
mau kan dengerin aku sebentar saja sebelum memakan Sashiminya?’’, Juro memohon
sebisanya. Yuki pun menganggung tanpa pikir panjang.
‘’sekali lagi... mau
gak kamu jadi pacarku?’’, Juro tersenyum sangat yakin.
‘’ya’’, dua huruf yang
Yuki ucapkan beriring senyum manisnya. Kali ini Yuki masih bisa menahan
kebiasaan buruknya itu, karena sebelumnya ia sudah menduga apa yang akan
terjadi.
‘’yuhuuuuuu!!’’, suara
Fuji, Miura, dan Etsu bersahutan di balik pintu geser kamar Yuki. Mereka
mendatangi dua sejoli yang baru saja bersatu.
‘’Pajak jadiannya donk! Haha’’, celetuk Fujita.
‘’yasudah
ikut makan Sashiminya saja disini. Kita bersenang-senang’’, jawab Juro dengan
wajah tampak senang. Holliday In Summer
yang menyenangkan.
Tak
terasa, tiga bulan terhitung dari Holliday
In Summer itu, Yuki dan Juro masih menjalani hubungan mereka. Semenjak
liburan musim panas, lima siswa Horikoshi Gakuen itu terlihat sering bersama.
Terlebih lagi mereka saling berpasangan dan sering nge-date bareng kecuali Miura yang tetap sendiri.
Mungkin
karena kebersamaan mereka. Tapi entah apa yang membuat rasa Etsu untuk Yuki
tumbuh kembali. Di bulan ke empat hubungan Yuki dan Juro mulai terlihat
perselisihan. Sempat Juro memergoki Yuki sedang makan di restoran sushi bersama
Etsu, dan Juro marah besar. Memang akhir-akhir ini Juro merasakan sesuatu yang
aneh dengan Etsu. Juro tahu kalau dulu Etsu pernah menyukai Yuki, inilah yang
membuat Juro berfikir kalau Etsu seolah sedang mendekati Yuki diam-diam.
Juro sangat takut kalau
hal terburuk yang sering ia fikirkan akhir-akhir ini menjadi sebuah kenyataan.
Juro sangat posesif terhadap hubungan yang ia jalani bersama Yuki. Sedangkan
Yuki adalah tipikal perempuan yang cuek dan sedikit anti posesif. Ditambah lagi
kedekatan Yuki dengan Etsu semakin menjadi.
Di lain kesempatan,
kali ini di taman. Juro memergoki Etsu dan Yuki sedang jalan. Keadaan ini
membuat hati Juro tersayat.
‘’baiklah, ku temui
kalian dua kali sedang bersama. Yuki! Pantas saja kamu gak mau aku ajak pergi.
Ternyata kamu lebih memilih dia!’’, bentak Juro sejadinya melampiaskan
kemarahan.
Fujita
yang sudah curiga dengan kedekatan Etsu dan Yuki ternyata dari kejauhan
menyaksikan pertengkaran itu di balik pohon sakura. Fujita yang sangat
mencintai Etsu berlari seperti ingin menghindar dari kenyataan. Tanpa Fujita
tahu, mobil berkecepatan tinggi sedang melaju ke arahnya.
Orang-orang
di taman pun segera berkumpul mengerumuni tempat kejadian itu termasuk Yuki,
Juro dan Etsu. Mereka tak percaya melihat Fujita terbaring berlumuran darah.
Etsu segera memangku Fujita yang berlumuran darah di pangkuannya dengan berurai
air mata karena perasaan bersalah. Sedangkan Juro dan Yuki mencoba menghubungi
ambulan utnuk membawa Fujita ke rumah sakit. Karena darah yang ia keluarkan
sangat banyak, Fujita tak bisa bertahan lagi di dunia ini.
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar